Kaum muslimin di banyak tempat dari waktu ke waktu banyak mendapatkan penindasan dan ketidakadilan. Melalui berbagai media di zaman modern ini, kita bisa melihat bahwa kaum muslimin banyak yang menderita atas kekalahan, pelecehan, dan perampasan hak-hak mereka.
Barangkali banyak di antara kita yang kemudian berpikir: bagaimana kita bersikap atas berbagai penindasan ini?
Berikut di antara sikap-sikap yang perlu dimiliki oleh setiap individu muslim ketika mengetahui dan melihat adanya penindasan terhadap umat Islam.
Pertama: ketahui sebab dan solusi utamanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian telah berjual-beli dengan ‘inah, lalu kalian telah mengambil ekor-ekor sapi, dan kalian telah mencintai pertanian, serta kalian telah meninggalkan jihad di jalan Allah, Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan diangkat sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (Sahih, HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Dari hadis di atas kita dapat mengambil dua faedah penting. Pertama, sebab utama kehinaan yang dialami oleh umat Islam adalah karena rakusnya mereka terhadap urusan dunia dan menjadikan dunia sebagai tujuan utama mereka. Poin-poin yang disebutkan dalam hadis di atas, seperti jual beli ‘inah (salah satu jenis jual beli yang terlarang di dalam Islam) dan pertanian, adalah sebagian contoh yang menggambarkan kecintaan yang berlebih yang dimiliki oleh kaum muslimin terhadap dunia. Kedua, solusi utama agar kehinaan yang dialami oleh kaum muslimin bisa hilang adalah dengan kembali ke agama Islam, yaitu dengan mempelajarinya, mengamalkannya, serta mendakwahkannya.
Hal tersebut juga senada dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis lainnya, “Tidak lama lagi umat-umat lain akan saling menyeru untuk menggerogoti kalian sebagaimana para penyantap makanan saling menyeru sesama mereka untuk menyantap hidangannya.”. Salah seorang sahabat kemudian bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kami kala itu?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, “Bahkan jumlah kalian ketika itu banyak, akan tetapi kalian ibarat buih air bah. Allah sungguh akan menyirnakan rasa segan terhadap kalian dari dalam dada musuh-musuh kalian, dan Ia akan menimpakan penyakit “al wahan” pada jiwa kalian”. Salah seorang sahabat kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan penyakit “al wahan”?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menerangkan, “Cinta kepada kehidupan dunia dan benci terhadap kematian.” (Sahih, HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Kedua: ingkarilah kezaliman di mana pun dan kapan pun
Penindasan dan perampasan hak terhadap siapa pun adalah bentuk kezaliman, baik itu dialami oleh kaum muslimin atau pun nonmuslim. Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian. Maka, janganlah kalian saling menzalimi.” (HR. Muslim). Kezaliman adalah bentuk kemungkaran yang wajib diingkari sesuai kemampuan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, hendaknya ia merubah dengan lisannya. Dan jika ia tidak mampu, hendaknya ia merubah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Termasuk juga dalam hal ini untuk tidak boleh membalas orang yang memusuhi Islam secara zalim. Jangan karena kaum muslimin dizalimi di tempat lain oleh suatu kaum lantas kita berbuat zalim terhadap kaum tersebut yang ada di sekitar kita. Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al Maidah : 8).
Ketiga: tolonglah kaum muslimin yang terzalimi
Sepatutnya apabila kita mengetahui adanya saudara sesama muslim yang terzalimi dan tertindas, kita ikut merasakan kesusahan mereka dan tergerak untuk menghilangkan kesusahan tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kecintaan, kasih sayang, dan bahu-membahu sesama mereka adalah bagaikan satu tubuh. Bila ada anggota tubuh itu yang menderita, niscaya anggota tubuh lainnya akan sama-sama merasakan susah tidur dan demam.” (HR. Muslim).
Keempat: jangan gegabah dengan jihad
Syariat jihad di dalam Islam benar adanya. Bahkan jihad termasuk salah satu ibadah yang agung di dalam Islam. Hanya saja syariat jihad perlu dipahami secara komprehensif dan dimengerti secara utuh syarat-syaratnya, semisal perlunya mendapat izin dari penguasa dan orang tua, serta harus memiliki kemampuan untuk berjihad. Oleh karena itu, sewajarnya menyediakan waktu khusus untuk mempelajari syariat jihad dan tidak gampang terpancing atas seruan-seruan jihad yang gegabah ketika ada kaum muslimin yang diserang atau ditindas di tempat lain.
Kelima: percayalah bahwa Islam pasti menang dan keadilan pasti ditegakkan
Islam dan kaum muslimin pasti akan tetap ada di muka bumi ini hingga hari kiamat, seberapapun besarnya penindasan yang diberikan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman yang artinya, “Mereka menginginkan untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir benci.” (QS. Ash Shaff : 8). Dan Islam pada akhirnya akan kembali menang, sesuai firman Allah yang artinya, “Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”. (QS. At Taubah : 33).
Berbagai kezaliman yang didapati oleh kaum muslimin pun kelak akan dibalas dengan seadil-adilnya, bisa jadi itu di dunia atau pun di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit. Sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya. Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (QS. Al Anbiya’ : 47).
Keenam: renungi dosa-dosa kita
Sikap terakhir, sekaligus sebagai penutup tulisan ini, adalah sepatutnya kita senantiasa berintrospeksi diri atas dosa-dosa yang ada pada diri kita. Marilah kita merenungi nasehat yang dituliskan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz di dalam suratnya kepada gubernurnya berikut:
“Hendaknya engkau senantiasa bertakwa kepada Allah dalam setiap situasi yang engkau hadapi, karena ketakwaan kepada Allah adalah senjata paling ampuh, taktik paling bagus, dan kekuatan paling hebat. Janganlah engkau dan kawan-kawanmu lebih waspada dalam menghadapi musuh dibanding menghadapi perbuatan maksiat kepada Allah. Karena perbuatan dosa lebih aku khawatirkan atas masyarakat dibanding tipu daya musuh mereka. Kita memusuhi musuh kita dan mengharapkan kemenangan atas mereka berkat tindak kemaksiatan mereka. Kalaulah bukan karena itu, niscaya kita tidak kuasa menghadapi mereka, karena jumlah kita tidak seimbang dengan jumlah mereka, kekuatan kita tidak setara dengan kekuatan mereka. Bila kita tidak mendapat pertolongan atas mereka berkat kebencian kita terhadap kemaksiatan mereka, niscaya kita tidak dapat mengalahkan mereka hanya dengan kekuatan kita.
Jangan sekali-kali kalian lebih mewaspadai permusuhan seseorang dibanding kewaspadaanmu terhadap dosa-dosa kalian sendiri. Janganlah kalian lebih serius menghadapi mereka dibanding menghadapi dosa-dosa kalian.
Ketahuilah bahwa kalian senantiasa diawasi oleh para malaikat pencatat amalan. Mereka (para malaikat pencatat amalan) mengetahui setiap perilaku kalian sepanjang perjalanan dan peristirahatan kalian. Hendaknya kalian merasa malu dari mereka dan berlaku santun di hadapan mereka. Jangan sekali-kali menyakiti mereka dengan tindak kemaksiatan kepada Allah, padahal kalian mengaku sedang berjuang di jalan Allah.
Janganlah sekali-kali kalian beranggapan bahwa: “Sesungguhnya (perbuatan) musuh-musuh kita lebih jelek dibanding kita sehingga tidak mungkin mereka dapat mengalahkan kita, walaupun kita berbuat dosa”. Betapa banyak kaum yang telah dikuasai oleh orang-orang yang lebih jelek, akibat dari perbuatan dosa kaum tersebut.
Mohonlah pertolongan kepada Allah dalam menghadapi diri kalian, sebagaimana kalian memohon pertolongan kepada-Nya dalam menghadapi musuh kalian. Sebagaimana kami pun turut memohon hal tersebut untuk diri kita dan juga untuk kalian.” (Hilyatul Auliya’ 5/303).
Semoga Allah menolong kaum muslimin di mana pun mereka berada.
Penulis: Muhammad Rezki Hr
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits